EN ID

Angkasa Pura Airports Inisiasi Pembuatan Masterplan Pariwisata Terintegrasi Solo Raya

05 Oct 2017

Kembali ke List


SURAKARTA - Angkasa Pura Airports menginisiasi pembuatan masterplan pariwisata terintegrasi (integrated travel and tourism masterplan) Solo Raya pada kegiatan focus group discussion (FGD) bertajuk Collaborative Destination Development (CDD) Solo Raya, Kamis (5/10/2017) di Aston Solo Hotel, Surakarta. Kegiatan mengusung tema besar “500 Thousand Foreign Tourist Arrivals to Solo Raya in 2025” ini merupakan tindak lanjut acara serupa yang pernah dilakukan di Surakarta pada November 2015.

CDD merupakan forum kolaborasi berbagai pemangku kepentingan industri pariwisata di daerah yang diinisiasi oleh Angkasa Pura Airports sejak 2015. CDD bertujuan untuk mendukung pengembangan potensi pariwisata daerah di kawasan tengah dan timur Indonesia, sehingga sektor pariwisata dapat dijadikan sebagai motor pembangunan daerah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

“Pada 2025 ditargetkan 3,5 juta wisatawan datang ke Solo Raya, yang terdiri dari 3 juta wisatawan nusantara (wisnus) dan 500 ribu wisatawan mancanegara (wisman). Target ini diyakini sangat mungkin bisa dicapai mengingat hingga 2016, jumlah wisatawan yang mengunjungi Solo Raya berjumlah 2,1 juta orang. Angkasa Pura Airports menggelar rangkaian kegiatan CDD Solo Raya dengan beberapa fase. CDD Solo Raya 2017 kali ini diadakan untuk menginisiasi pembuatan integrated travel and tourism masterplan Solo Raya,” terang Direktur Utama Angkasa Pura Airports Danang S. Baskoro.

Pada masterplan ini, lanjut Danang, terdapat beberapa poin yang dibahas, yaitu atribut destinasi utama (eco-heritage-cultural tourism), infrastruktur (bandar udara, jalan tol, kereta api, akomodasi, dan kuliner), pengembangan SDM, budaya yang ramah pariwisata, keamanan, penyesuaian kebijakan udara, stimulus investasi, rencana konservasi lingkungan, dan pemasaran.

Adapun beberapa isu utama dalam mengembangkan pariwisata Solo Raya yaitu hal-hal yang terkait load factor penerbangan yang relatif rendah, kurangnya pengetahuan calon wisman dan wisnus akan wisata Solo Raya, kesiapan Bandara Adi Soemarmo, kesiapan intemoda transportasi Bandara Adi Soemarmo, serta status Bandara Adi Soemarmo Solo yang disiapkan Kementerian Perhubungan sebagai hub baru selain Bandara Soekarno Hatta.

"Selain itu juga promosi wisata di level internasional, dukungan stimulus dari Kementerian Pariwisata, Borobudur yang menjadi destinasi prioritas Kementerian Pariwisata untuk menjadi ‘10 Bali Baru’, dan Joglosemar yang dijadikan Kementerian Pariwisata sebagai 'Top 10 Branding Destination'," imbuhnya.

Terkait kontribusi Angkasa Pura Airports terhadap pengembangan pariwisata Solo Raya, Direktur Pemasaran dan Pelayanan Angkasa Pura Airports Moch. Asrori mengatakan bahwa Angkasa Pura Airports setelah menyelenggarakan CDD tahun 2015 telah melakukan beberapa upaya untuk mendukung pengembangan sektor pariwisata. “Diantaranya adalah penambahan jumlah armada taksi yang beroperasi di bandara dari 80 unit menjadi 100 unit sejak Januari 2017, kegiatan Airport Running Series (ARS) tahun 2015 untuk menarik wisatawan ke Solo, dan fashion show Hari Batik pada September 2016. Juga pembangunan kereta bandara dengan rencana trase Yogyakarta-Maguwo-Solo Balapan-Bandara Adi Soemarmo yang ditargetkan selesai pada Agustus 2018, perluasan dan beautifikasi terminal penumpang dengan target penyelesaian Desember 2017, dan keikutsertaan pada event Asia Routes 2017 di Okinawa Jepang untuk mempromosikan Solo Raya,” terang Asrori.

Menteri Pariwisata Arief Yahya menyambut baik langkah Angkasa Pura Airports dalam mengembangkan destinasi Solo Raya ini. "Ini adalah action dalam menggerakkan spirit 'Indonesia Incorporated'. Dan action nyata itu di-create Angkasa Pura Airports lewat inisiasi pembuatan masterplan pariwisata terintergrasi Solo Raya ini. Dalam peta pariwisata nasional, Joglosemar (Jogja-Solo-Semarang) sudah diputuskan menjadi satu dari '10 Bali Baru'. Ikonnya Borobudur, destinasinya Joglosemar,” ungkap Menpar Arief Yahya.  

Arief mengaku gembira karena inisiasi itu datang dari airport operator, yaitu Angkasa Pura Airports. Sebab, dalam pengembangan destinasi dan industri pariwisata, airport adalah komponen penting dari 3A (Atraksi, Akses, Amenitas). “Akses itu sendiri ada tiga A lagi, yakni Airports, Airlines, dan Airnav/Authority, dalam hal ini Kementerian Perhubungan. Kalau airports yang menginisiasi, itu sudah satu poin kemajuan yang perlu disambut gembira,” kata Arief Yahya. 

Menpar yang asli Banyuwangi ini juga menyatakan perlu dikembangkan interkoneksi akses di kawasan pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta, Solo, dan Semarang (Joglosemar) untuk memudahkan wisatawan menjangkau ke berbagai wilayah tujuannya. Faktor penting apabila dibenahi secara langsung akan berpengaruh pada kesuksesan pariwisata di kawasan Joglosemar, misalnya Bandara Internasional Yogyakarta di Kulonprogo, pasti akan memperkuat akses menuju Joglosemar, selain Bandara Adi Soemarmo Solo, dan Bandara Ahmad Yani Semarang. 

"Akses darat atau tol yang menghubungkan kawasan Joglosemar harus lancar sehingga wisatawan dapat menikmati paket perjalanan melintasi ketiga kota itu," tegas Menpar Arief Yahya. [DR/AH]

Keatas